Rabu, 15 Juni 2016

MAKALAH EFEK DAN ETIKA KOMUNIKASI MASSA

JOURNALISM
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas akhir Journalism
MAKALAH  “Efek dan Etika Komunikasi Massa”
Pembimbing Enang Yusuf Nurjaman, S.Sos.I, M.I.Kom.


Disusun oleh :
Riska Ariska (A1A140179)

Fakultas Sastra
Universitas Al-Ghifari
Bandung
2016


Kata Pengantar

Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ‘Efek dan etika komunikasi massa’ dengan baik dan tepat waktu.
Saya juga tidak lupa untuk mengucapkan Terima Kasih kepada :
  1. Bapak Enang Yusuf Nurjaman, S.Sos.I, M.I.Kom,. selaku dosen mata kuliah Journalism.
  2. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Mohon maaf apabila terdapat kekurangan atau kesalahan dalam makalah. Semoga makalah ini dapat berguna bagi Penulis maupun kepada Pembacanya.  Terima Kasih.

Bandung, 13 Juni 2016















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
I.2        Rumusan Masalah
I.3        Maksud dan Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
II.1      Pengertian Etika Komunikasi Bahasa
II.2      Pentingnya Komunikasi Massa
II.3      Masalah Etis bagi Jurnalis
II.4      Efek Komunikasi Massa
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA



















BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
            Pers merupakan suatu badan atau lembaga yang sangat penting bagi berbagai bidang baik itu bidang politik, ekonomi, hiburan/entertaintment, seni, pendidikan dan masih banyak lagi. Dengan adanya pers semua orang menjadi tahu banyak informasi. Sehingga terciptalah komunikasi.seperti yang kita ketahui komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi. Dalam hal ini pers atau jurnalis menyampaikan informasi ke banyak orang atau publik. Komunikasi dalam skala besar disebut juga umum atau publik dan lebih tepatnya lagi komunikasi massa. Didalam komunikasi massa pasti ada suatu etika. Oleh karena itu penulis akan membahas etika komunikasi massa berserta efeknya.
           

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka berikut penulis akan merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1.                  Apakah pengertian etika komunikasi massa?
2.                  Pentingkah etika komunikasi massa?
3.                  Apa saja efek dari komunikasi massa?

1.3  Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembahasan makalah ini, yaitu berdasarkan rumusan masalah di atas:
1.                  Untuk  mengetahui apa etika komunikasi massa.
2.                  Untuk mengetahui seberapa pentingnya etika komunikasi massa.
3.                  Untuk mengetahui efek apa sajakah dari komunikasi massa.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA KOMUNIKASI MASSA
Sobur (2001) menyebutkan etika pers atau etika komunikasi massa adalah filsafat moral yang berkenaan kewajiban-kewajiban pers tentang penilaian pers yang baik dan pers yang buruk. Dengan kata lain, etika pers adalah ilmu atau studi tentang peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku pers atau apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Pers yang etis adalah pers yang memberikan informasi dan fakta yang benar dari berbagai sumber sehingga khalayak pembaca dapat menilai sendiri informasi tersebut.
Lebih jauh lagi Sobur (2001) mengemukakan etika pers adalah kesadaran moral, yaitu pengetahuan tentang pers baik dan buruk, benar dan salah, tepat dan tidak tepat, bagi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Harus ada etika dalam pergaulan hidup, baik yang tersurat maupun yang tersirat, tidak ada orang yang memperdebatkannya. Adanya jiwa pengabdian setia serta persiapan teknis dan mental bagi pelaksanaan suatu profesi.
 Ada beberapa rumusan sederhana yang dirangkum dari beberapa pendapat pakar komunikasi mengenai etika dalam komunikasi massa, yaitu :
a)       Berkaitan dengan informasi yang benar dan jujur sesuai fakta sesungguhnya.
b)       Berlaku adil dalam menyajikan informasi, tidak memihak salah satu golongan.
c)       Gunakan bahasa yang bijak, sopan dan hindari kata-kata provokatif.
d)       Hindari gambar-gambar yang seronok
.
Adapun unsur – unsur yang terdapat dalam etika komunikasi massa di antaranya. :
1.       Tanggung Jawab
Tanggung jawab mempunyai dampak positif. Dengan adanya tanggung jawab, media akan berhati-hati dalam menyiarkan atau menyebarkan informasinya. Seorang jurnalis atau wartawan harus memiliki tanggung jawab dalam pemberitaan atau apa pun yang ia siarkan; apa yang diberitakan atau disiarkan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada Tuhan, masyarakat, profesi, atau dirinya masing-masing. Jika apa yang diberitakan menimbulkan konsekuensi yang merugikan, pihak media massa harus bertanggung jawab dan bukan menghindarinya. Jika dampak itu sudah merugikan secara perdata maupun pidana, media massa haris bersedia bertanggung jawab seandainya pihak yang dirugikan tersebut protes ke pengadilan.

2.       Kebebasan Pers
Kebebasan yang bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Dengan kebebasanlah berbagai informasi bisa tersampaikan ke masyaraka.

3.       Masalah Etis
Jurnalis itu harus bebas dari kepentingan. Ia mengabdi kepada kepentingan umum. Walau pada kenyataannya bahwa pers tidak akan pernah lepas dari kepentingan-kepentingan, yang diutamakan adalah menekannya, sebab tidak ada ukuran pasti seberapa jauh kepentingan itu tidak boleh terlibat dalam pers. Ada beberapa ukuran norma
a)       Seorang jurnalis sebisa mungkin harus menolak hadia, alias “amplop, menghidari menjadi “wartawan bodrek”.
b)       Seorang jurnalis perlu menghindari keterlibatan dirinya dalam politik, atau melayani organisasi masyarakat tertentu, demi menghindari conflict of interest.
c)       Tidak menyiarkan sumber individu jika tidak mempunyai nilai berita (news value).
d)       Wartawan atau jurnalis harus mencari berita yang memang benar-benar melayani kepentingan public, bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentutif yang dijadikan pegangan oleh pers
e)       Seorang jurnalis atau wartawan harus melaksanakan kode etik kewartawanan untuk melindungi rahasia sumber berita. Tugas wartawan adalah menyiarkan berita yang benar-benar terjadi.
f)        Seorang wartawan atau jurnalis harus menghindari praktek plagrarisme


4.       Ketepatan dan Objektivitas
Ketepatan dan objektivitas di sini berarti dalam menulis berita wartawan harus akurat, cermat, dan diusahakan tidak ada kesalahan. Objektivitas yang dimakusd adalah pemberitaan yang didasarkan fakta-fakta di lapangan, bukan opini wartawannya Oleh sebab itu harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan
1.        Kebenaran adalah tujuan utama; orientasi berita yang berdasarkan kebenaran harus menjadi pegangan pkok setiap wartawan.
2.        Objektivitas dalam pelaporan beritanya merupakan tujuan lain untuk melayani pbulik sebagai bukti pengalaman profesional di dunia kewartawanan. Objektif itu berarti tidak berat sebalh; harus menerapkan prinsip cover both sides.
3.         Tiada maaf bagi wartawan yang melakukan ketidakakuratan dan kesembronoan dalam penulisan atau peliputan beritanya. Dalam hal ini, wartawan dituntuk untuk cermat di dalam proses peliputannya.
4.        Headline yang dimunculkan harus benar-benar sesuai dengan isi yang diberitakan.
5.         Penyiar radio atau reporter televisi harus bisa membedakan dan menekankan dalam ucapannya mana laporan berita dan mana opini dirinya. Laporan berita harus bebas dari opini atau bias dan merepresentasikan semua sisi peristiwa yang dilaporkan.
6.         Editorial yang partisansip dianggap melanggar profesionalisme atau semangat kewartawanan. Editorial atau tajuk rencana yang dibuat, meskipun subjektif sifatnya (karena merepresentasikan kepentingan media yang bersangkutan) harus ditekan untuk “membela” sat golongan dan memojokkan golongan lain. Praktik jurnalisme ini sangat sulit dilakukan oleh media cetak yang awal berdirinya sudah partisansip, tetapi ketika dia sudah mengklaim media umum, tidak ada alasan untuk membela golongannya.
7.        Artikel khusus atau semua bentuk penyajian yang isinya berupa pembelaan atau keseimpulan sendiri penulisnya harus menyebutkan nama dan identitas dirinya.

5.       Tindakan Adil untuk Semua Orang:
Media harus melawan campur tangan individi dalam medianya. Artinya, pihak media harus berani melawan keistimewaan yang diinginkan seorang individu dalam medianya.

             Sumber atau komunikator dari komunikasi massa merupakan sebuah organisasi terlembaga yang menentukan pesan apa saja yang akan disebarkan.

 
           Pesan bersifat terbuka karena semua orang mendapat isi pesan yang sama, mahal karena melibatkan beberapa tahapan encoding dan decoding serta diperlukannya teknologi untuk memproduksi dan menyebarkan pesan.
Proses umpan balik berjalan lambat dan sulit mendapatkan respons dari komunikator
  alis profesional mempercayai bahwa tujuan jurnalisme adalah untuk menyajikan kebenaran. Untuk itu, sejumlah prinsip etis harus dipakai seperti akurasi, objektif, natral, dan sebagainya (Kovach dan Rosenstiel, 2001).

Etika deskriptif (descriptive ethics) yaitu mempelajari dua hal yaitu personal morality dan social morality, yaitu menganalisis bermacam-macam aspek dari tingkah laku manusia seperti motif, niat dan tindakan-tindakan. Namun kajian etika deskriptif tidak berpretensi untuk memberi penilaian atas apa yang dilihat atau diamati. Etika normatif (normative ethics) yaitu mendasarkan penyelidikan atas prinsip-prinsip yang harus dipakai dalam kehidupan kita.
Dalam kajian etika normatif berupaya memberikan penilaian menurut ‘nilai dan kepentingan moral’ yang dimiliki oleh seseorang. Penilaian baik atau butuk sebuah content media didasarkan pada pertimbangan nilai yang dimiliki seseorang.

Norma adalah aturan-aturan yg dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sebuah komunitas, kelompok, masyarakat yg menjadi pertimbangan dalam bertindak dan berprilaku terhadap diri dan orang lain, apakah baik atau buruk. Etika adalah penyelidikan, kajian, ilmu dan filosofi mnegenai pertimbangan baik dan buruk, indah dan jelek terhadap sesuatu. adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah proses, karena tanpa etika maka sebuah proses atau akan keluar dari tujuan dan fungsinya. Demikian halnya etika komunikasi massa, dengan adanya etika maka proses dalam komunikasi massa dapat sampai ketujuan. Dengan kata lainetika pers berhubungan dengan soal “keharusan” yakni upaya menemukan dan mencari hal-hal yang baik dan buruk. Pers yang etis adalah pers yang memberikan informasi dengan fakta yang benar dari berbagai sumber berita sehingga khalayak dapat melihat betapa luasnya bidang etika pers mulai dari pencarian berita, pengorganisasian data (news making process) sampai penulisan berita.



 2.2 PENTINGNYA ETIKA KOMUNIKASI MASSA
Etika merupakan suatu perilaku yang mencerminkan itikad baik untuk melakukan suatu tugas dengan kesadaran, kebebasan yang dilandasi kemampuan. Beberapa aspek moral atau etika yang terkandung dalam prinsip-prinsip jurnalistik antara lain: kejujuran, ketepatan atau ketelitian, tanggung jawab, dan kritik konstruktif.

Dalam perspektif komunikasi, pembahasan tentang etika komunikasi akan dititikberatkan pada pengertian tentang etika itu sendiri. Untuk mengukur kualitas etika yang baik, dapat dilihat dari sejauh mana kualitas teknis berkomunikasi itu sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang berlaku. Dalam konteks komunikasi, maka etika yang berlaku harus sesuai dengan norma-norma setempat. Berkomunikasi yang baik menurut norma agama berarti harus sesuai dengan norma agama yang dianut. Jadi kaitan antara nilai etis dengan norma yang berlaku sangat erat. 

Pertimbangan etis bukan hanya di antara baik dan buruk, juga bukan diantara baik dan baik. Etika juga harus merujuk kepada patokan nilai, standar benar dan salah. Kita berhadapan dengan masalah etika kapan saja kita harus melakukan tindakan yang sangat mempengaruhi orang lain. Tindakan itu bukan tindakan terpaksa. Pada diri kita ada kebebasan untuk memilih cara dan tujuan berdasarkan patokan yang kita yakini. Patokan itu dapat bersumber pada label budaya, filsafat dan agama. Sebagian orang bahkan tidak mau merujuk kepada patokan secara ketat. Menurut mereka patokan itu bisa saja menyesatkan secara etis pada situasi tertentu.

Dalam pengertian yang sempit, etika sering dipahami sebagai hal-hal yang bersifat evaluatif, menilai baik dan buruk. Tetapi, etika dapat dipahami secara lebih luas, bukan sekedar etis dalam pengertian faktor-faktor evaluatif memberikan penilaian, tetapi juga mengandung pengertian etos, yakni hal-hal yang bersifat motivatif (mendorong). Dalam hal etika komunikasi, bagaimana aturan main berkomunikasi, yaitu tata cara berkomunikasi antar manusia khususnya komunikasi massa.

Pada era reformasi, setiap orang mudah menerbitkan surat kabar atau majalah dan mendirikan statsiun televisi atau radio siaran. Peran etika tentu sangat penting terutama bagi para pengelola dan wartawan media tersebut. Demikian pula para penulis, penyiar radio siaran, televisi, sutradara film dan para pelakunya, serta pembuat atau pelaku iklan, wajib tunduk pada aturan yang berlaku. Hanya dengan seperti ini mereka akan berhasil menjalankan misi dan fungsinya. Pelanggaran terhadap etika akan menghambat kelancaran tugas mereka dan akan mengagalkan misi dan fungsi di tengah masyarakat.

Rivers, et al (2003) mengemukakan ukuran-ukuran tentang pelaksanaan tugas media yang baik mulai dibakukan, seperti yang terjadi di Amerika Serikat tentang kode etik profesi pers. Diantaranya :
1.Tahun 1923 American Society of Newspaper Editors (sebuah organisasi nasional) memberlakukan Kode Etik Jurnalisme yang mewajibkan surat kabar senantiasa memperhatikan kesejahteraan umum, kejujuran, ketulusan, ketidakberpihakan, kesopanan dan penghormatan tyerhadap privasi individu. Adanya kode etik ini bukan hal yang ringan, karena surat kabar sudah berusia 300 tahun ketika kode etik diberlakukan, dan selama abad 17 dan 18 surat kabar gigih memperjuangkan kebebasannya.
2. Tahun 1937 Kode Etik Radio Siaran dan 1952 Kode Etik Televisi sudah beberapa kali disempurnakan, ditengah ketatnya kontrol pemerintah yang mengharuskan media elektronik tidak hanya mengikuti perubahan iklim intelektual, tetapi juga mengharuskan media elektronik selalu memperhatikan “kepentingan, kenyamanan dan kebutuhan publik”. Kode etik memperlakukan media elektronik terutama sebagai sumber hiburan, selain menjalankan fungsi pendidikan bagi masyarakat. 
3. Tahun 1930 mulai diterapkan Kode Perfilman tentang standar perilaku minimum yang tidak boleh dilanggar. Namun dalam kode ini tidak terlalu diperhatikan terutama sejak 1960-an, selain ketentuan tentang standar jenis film untuk setiap golongan usia. Kepatuhan terhadap ketentuan atau kode-kode etik itu jelas merupakan pelanggaran terhadap teori libertarian. Karena itu media lebih dekat dengan teori tanggung jawab sosial.

Pada mulanya pengelola media (cetak dan elektronik) mengkritik konsep tanggung jawab sosial namun munculnya konsep itu mengandung dua arti penting, yaitu :
1.             Mencerminkan keyakinan tentang kebenaran pemikiran baru
2.             Kondisi masyarakat modern sudah tidak sesuai dengan pemikiran libertarian.

2.3 MASALAH ETIS BAGI JURNALIS
Jurnalis harus bebas dari kepentingan. Meskipun mengabdi pada kepentingan umum, pers tidak akan lepas dari kepentingan. Yang dapat dilakukan adalah menekan kepentingan tersebut, sebab tidak ada ukuran pasti seberapa jauh kepentingan itu tidak boleh terlibat dalam pers. Ada beberapa ukuran normatif yang dapat dijadikan pegangan bagi jurnalis, diantaranya:
1)        Hadiah, perlakuan istimewa, biaya perjalanan dapat mempengaruhi kerja jurnalis. Maka seorang jurnalis harus berani menolaknya. Tanpa kemampuan tersebut kerja jurnalis dan profesionalismenya akan direndahkan. Apalagi semakin maraknya “buadaya amplop” yaitu jurnalis yang suka menerima amplop.
2)     Keterlibatan dalam politik, melayani organisasi masyarakat tertentu menjadikan profesi wartawan sebagai pekerjaan sambilan perlu dihindari. Keterlibatan dalam politik akan memunculkan conflic of interest (konflik kepentingan) pada diri wartawan yang bersangkutan. Orang yang berafiliasi pada politik, tidak akan bisa memberitakan kebobrokan dan kecurangan partainya.
3)    Tidak menyiarkan sumber berita individu jika tidak mempunyai nilai berita (news value). Wartawan harus mempertimbangkan apakah seseorang itu memang mempunyai nilai berita atau tidak. 
4)        Wartawan akan mencari berita yang memang benar-benar melayani kepentingan individu atau kelompok tertentu. 
5)  Wartawan melaksanakan kode etik kewartawanan untuk melindungi rahasia sumber berita. Bila narasumber tidak ingin disebutkan namanya, wartawan harus melindungi namanya.
6)   Plagiatisme harus dihindari karena merupakan aib bagi dunia kewartawanan. Plagiatisme salah satu bentuk kecurangan yang harus dihindari, misalnya mengutip sebuah tulisan media lain dengan tidak menyebutkan sumbernya atau memakai foto media lain tanpa menyebutkan sumber foto tersebut.

2.4 EFEK KOMUNIKASI MASSA
Dalam tulisan ini tidak banyak dijelaskan tentang rincian komunikasi massa  secara menyeluruh, karena maksud dan tujuan pembuatan tulisan ini untuk membahas beberapa efek yang perlu di pelajari oleh komunikan untuk meningkatkan komunikasi massa secara efektif dan menimbulkan dampak yang positif. Efek – efek tersebut antara lain:
   Efek kehadiran media massa
       Efek kehadiran media massa adalah suatu efek yang berasal dari perlakuan media massa kepada kita. ada tiga pendekatan dalam media massa, yakni efek media massa, perubahan pada diri  khalayak komunikasi massa dan tinjauan suatu penelitian efek komunikasi massa, namun dalam efek media terhadap individu ini penulis hanya membahas 5 efek kehadiran masa secara fisik :
1.    Efek ekonomi
Efek ekonomi yang menimbulkan berbagai produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa, membuka lowongan pekerjaan. Sudah jelas, bahwa kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha. Mulai dari mereka yang memiliki usaha misalnya, usaha rumah makan dapat membayar iklan untuk menarik para penikmat kuliner lewat media, entah lewat media elektronik maupun media cetak.

Dan bisa di pastikan lebih banyak peminatnya jika di bandingkan dengan usaha yang tidak di iklankan. Sampai kepada kesempatan membuka lowongan pekerjaan untuk memperlancar usaha rumah makan tersebut.

               2.    Efek sosial
Efek ini berkenaan dengan karakter, bagaimana  kita dapat menilai seseorang yang dipengaruhi oleh media massa, hasil dari perilaku, cara berfikir, pembawaan, interaksi terhadap seseorang atau khalayak yang bersamanya, dll merupakan bagian dari efek sosial.

Semisal seorang pemuda yang merasa puas dengan kepintarannya lalu ia tidak melanjutkan pendidikan kejenjang universitas dan ia memanfaatkan media Koran untuk mengetahui informasi yang ada, dengan seorang pemuda pintar lalu ia berniat dan tekun untuk melanjutkan kejenjang universitas dan sama memanfaatkan media Koran yang ada.
Walaupun pemuda pintar namun ia tidak kuliah, dan ia piawai dalam memahami ranah pemerintahan melalui Koran yang ia baca dengan memakai sedikit emosi dan teori yang ia dapat di bangku sekolah dulu dan mendengarkan pendapat dari teman yang sama dengannya. Tentu berbeda dengan pemuda yang kuliah dan mendapat teori secara efektif, lingkungan berpendidikkan, menggunakan media koran lalu memanfaatkan media internet untuk membuat dan mewakili semua pendapatnya, sedikit emosi, namun tertata beberapa teori yang dapat menahan semua emosi yang ada, lalu mendapat hasil yang lebih baik dari pemuda tanpa teori universitas merupakan salah satu contoh efek social dari media massa.
3.    Efek penjadwalan kegiatan sehari-hari
Yang dimaksud dengan efek ini adalah apabila media televisi hadir pada kehidupan anak dalam masa pendidikan, maka kehadiran televisi dapat mengurangi waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film. Gejala ini efek ini disebut oleh Joyce Cramond (1976) sebagai “displacement effects” (efek alihan). Namun alihan ini dapat dapat dijuruskan kepada hal positif dan negatif, alihan menonton televisi dari pada membaca buku pelajaran merupakan efek negatif bagi anak,
 dan alihan menonton televisi dari pada bermain di jalan raya merupakan alihan positif bagi anak.

4.    Efek hilangnya perasaan tertentu
sering terjadi bila seseorang menggunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikan. Dengan melihat berbagai acara yang di tampilkan oleh televisi misalnya seseorang secara tiba-tiba akan tertawa dan menangis sendiri karena melihat adegan dalam acara televisi tersebut.

5.    Efek tumbuhnya perasaan tertentu
Kehadiran media massa juga menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, faktor isi pesan mula-mula amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan,apa pun yang disiarkannya.

      Efek pesan
     Efek kognitif
Efek ini berkaitan dengan pikiran, nalar, atau rasio. Misalnya komunikasi menyebabkan orang yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti, atau yang semula tidak sadar menjadi sadar. Akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya.
Menurut McLuhan, media adalah perpanjangan alat indera manusia. Namun, penyajian realitas oleh media telah mengalami proses seleksi terlebih dahulu (gatekeeping) sehingga muncullah stereotipe pada realitas yang ada (Rakhmat, 1985: 224).

  Efek prososial kognitif
          “bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat – masyarakat belajar tanpa merasa digurui”

  Efek afektif,
Yaitu efek yang berhubungan dengan perasaan. Misalnya, komunikasi menyebabkan orang yang semula merasa tidak senang menjadi senang, yang semula sedih menjadi gembira, atau yang semula merasa takut atau malu menjadi berani. Khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan sedih, iba, bahagia, dan lain sebagainya setelah mendapatkan pesan dari media massa.
Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari komunikasi massa.
ü    Suasana emosional
sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya, faktor inilah salah satu yang mendukung adanya efek afektif.
ü  Skema kognitif
Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film action, yang mempunyai lakon atau aktor/aktris yang sering muncul, pada akhirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari jurang. Kita menduga, pasti akan tertolong juga.
ü  Situasi terpaan (setting of exposure)
Kita akan sangat ketakutan menonton film The Real Pocong misalnya, atau film horror lainnya, bila kita menontonnya sendiri di rumah tua, ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik. Maka secara otomatis semua saraf hanya berkata “takut”.
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan sendiri atau di tempat gelap. Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi emosi kita pada waktu memberikan respons. Faktor terpaan inilah yang di maksud dengan efek afektif.
ü  Faktor predisposisi individual
kecenderungan untuk menerima atau menolak sesuatu berdasarkan pengalaman dan norma yAg dimilikinya. Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan tanggapan penonton, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh. Karena itu, ketika tokoh itu kalah, ia juga kecewa; ketika tokoh berhasil, ia gembira. Predisposisi Individual, dapat juga mengacu pada karakteristik khas individu. Orang yang melankolis cenderung menanggapi suatu kejadian lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang akan senang bila melihat adegan-adegan lucu atau film komedi daripada orang yang melankolis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa acara yang sama bisa ditanggapi berlainan oleh orang-orang yang berbeda.

   Efek konatif
 Yaitu efek yang menimbulkan niatan untuk berperilaku tertentu, dalam arti kata melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik atau jasmaniah. Misalnya, komunikasi menyebabkan siswa yang semula malas belajar menjadi rajin, atau orang yang semula perokok menjadi tidak merokok.
 Ketiga efek di atas saling berhubungan satu sama lain. Efek konatif tercapai jika efek kognitif dan afektif sudah tercapai. Komunikasi akan berhasil secara efektif apabila komunikator menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan dapat dimengerti; pemberi pesan adalah orang yang dapat dipercaya; pesan yang disampaikan adalah sesuatu yang berguna; pesan disampaikan secara jelas, menarik, dan objektif; menggunakan media atau sarana atau lambang-lambang atau ekspresi tubuh yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi; ada keserasian antara pemberi dan penerima pesan; dan ada lingkungan atau suasana yang cukup mendukung.

 Efek behafioral
merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Mengapa terjadi efek yang berbeda?
Menurut teori belajar sosial dari Bandura,
“orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk pelakunya”.
Menurut Albert Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau perilaku seseorang. Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara kejadian yang kita amati dan karakteristik diri kita.
 Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional. Proses belajar diawali munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung oleh seseorang tertentu atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai abstract modelling – misalnya sikap, nilai, atau persepsi realitas sosial. Singkatnya melalui media massa, seseorang dapat mengamati orang lain yang terlibat dalam perilaku tertentu di televise misalnya, dan dapat mempraktekkan perilaku itu dalam kehidupannya.

Efek sosial media massa
Dampak ini mempengaruhi publik dengan berbagai jenis cara dalam menyampaikan sebuah informasi. Maka efek yang ditimbulkan pun akan muncul berbagai jenis efek lainnya.

  

  

























BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan :
·         Etika pers adalah kesadaran moral, yaitu pengetahuan tentang pers baik dan buruk, benar dan salah, tepat dan tidak tepat, bagi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Harus ada etika dalam pergaulan hidup, baik yang tersurat maupun yang tersirat, tidak ada orang yang memperdebatkannya. Adanya jiwa pengabdian setia serta persiapan teknis dan mental bagi pelaksanaan suatu profesi.
·         Dalam perspektif komunikasi, pembahasan tentang etika komunikasi akan dititikberatkan pada pengertian tentang etika itu sendiri. Untuk mengukur kualitas etika yang baik, dapat dilihat dari sejauh mana kualitas teknis berkomunikasi itu sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang berlaku. Dalam konteks komunikasi, maka etika yang berlaku harus sesuai dengan norma-norma setempat. Berkomunikasi yang baik menurut norma agama berarti harus sesuai dengan norma agama yang dianut. Jadi kaitan antara nilai etis dengan norma yang berlaku sangat erat. 
·         Efek – efek komunikasi massa antara lain:
ü  Efek kehadiran media massa
o   Efek ekonomi
o   Efek social
o   Efek penjadwalan kegiatan sehari-hari
o   Efek hilangnya perasaan tertentu
o   Efek tumbuhnya perasaan tertentu
ü  Efek pesan
o   Efek kognitif
o   Efek prososial kognitif
o   Efek afektif
o   Efek konatif
o   Efek behafioral
o   Efek social media massa



3.2 Saran
        Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.



























DAFTAR PUSTAKA



1.       Fajar, Marhaeni.Ilmu Komunikasi Teori & Praktik.2009.Graha Ilmu.Jakarta
2.       Morissan. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor : Ghalia Indonesia
3.       Ardianto, Elvinaro dkk. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
4.       Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa: Bab 8 Etika Komunikasi Massa.
Ardianto, Elvinaro dkk. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
       Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa: Bab 8 Etika Komunikasi Massa.